Bagi sebagian masyarakat yang telah melek media dan berpendidikan, kuis seperti ini biasa dicauhkan saja. Namun sebagian besar masyarakat masih tertarik untuk mengikuti kusi-kuis semacam ini, apalagi jika menggunakan motif polling. Seolah-olah penilaian pengirim sms benar-benar turut menentukan idola mereka.
Tinjauan hukum fiqih mengenai kuis berhadiah yang dijawab dengan telpon atau SMS dengan harga pulsa yang melebihi tarif biasa adalah haram. Sebab, terdapat unsur maisir (gambling/taruhan) bila penyelenggara mengambil keuntungan dari akumulasi harga pulsa tersebut. Lebih-lebih hadiahnya diambilkan dari akumulasi harga pulsa tersebut.
Hukum ini bersumber dari Surat al-Baqarah ayat 219 telah menegaskan hal ini;
سْأَلُونَكَ عَنِ
الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ
لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا
يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ
الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
“Mereka
bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219)Dari keterangan ayat di atas, terlihat bahwa alasan keharaman kuis semacam ini dikarenakan adanya unsur perjudian atau taruhan di dalamnya, yang dalam bahasa al-Qur’an dilafaldkan dengan ‘maysir’. Hal ini seperti diterangkan dalam Lisanul Arab oleh Ibnu Mandzur.
وَفِي التَّنْزِيلِ الْعَزِيزِسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قَالَ مُجَاهِدٌ كُلُّ شَيْءٍ فِيْهِ قِمَارٌ فَهُوَ مِنَ الْمَيْسِرِ حَتَّى لَعْبُ الصِّبْيَانِ بِالجُوْزِ وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ أَنَّهُ قَالَ الشِّطْرَنْجُ مَيْسِرُ العَجَمِ شَبَّهَ اللَّعْبَ بِهِ بِالْمَيْسِرِ وَهُوَ الْقِدَاحُ وَنَحْوُ ذَلِكَ قَالَ عَطَاءٌ فِي الْمَيْسِرِ إِنَّهُ الْقِمَارُ بِالقِدَاحِ فِي كُلِّ شَيْءٍ
Mengenai makna ‘maysir’ atau perjudian, lebih jelas lagi apa yang dikatkan oleh Sulaiman al-Bujairomi dalam Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Khatib
قَوْلُهُ (وَالْمَيْسِرُ ) هُوَ لَعِبُ الْقِمَارِ وَهُوَ كُلُ لَعِبٍ تَرَدَّدَ بَيْنَ الْغَنْمِ وَالْغَرْمِ
Firman
Allah Swt. yang diungkapkan oleh al-Khatib: “Dan perjudian.”
(Al-Maidah ayat: 90) maksudnya adalah permainan judi, yaitu setiap
permainan yang mengandung spekulasi untung rugiAdapun alasan-hukum keharaman judi lebih bersifat sosiologis. Karena syariat memandang judi berpotensi meruntuhkan sendi-sendi kehiupan individu dan social. Demikian Wahbah Zuhaili menerangkan dalam Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh
وَأَمَّا
الْقِمَارُ بِمُخْتَلِفِ أَنْوَاعِهِ وَمِنْهُ الْيَانَصِيبُ فَقَدْ
حَرَّمَهُ الْإِسْلَامُ لِأَنَّهُ مَرَضٌ فَتَّاكٌ خَبِيثٌ يُهَدِّدُ
طَاقَةَ الْإِنْسَانِ الْجَسَدِيَّةِ وَالْفِكْرِيَّةِ مِنْ دُونِ
فَائِدَةٍ مَشْرُوعَةٍ وَيُعَوِّدُ الْإِنْسَانَ عَلَى الْخَمُوْلِ
وَالْكَسَلِ لِأَنَّهُ مُحَاوَلَةٌ لِلتَّوَصُّلِ إِلَى كَسْبٍ بِلَا
جُهْدٍ وَلَا عَمَلٍ وَفَضْلاً عَنْ ذلِكَ فَإِنَّهُ يُوَلِّدُ بَيْنَ
النَّاسِ أَحْقَاداً عَمِيْقَةَ الْجَذُورِ وَيُثِيرُ شَرَّارَاتٍ
نَارِيَّةً مِنَ الْمُنَازَعَاتِ وَالاخْتِلاَفَاتِ الَّتِي لَا تَنْتَهِي
ذُيُولُهَا حَتَّى وَصَفَهُ القُرْآنُ الْكَرِيمُ بِأَنَّهُ رِجْسٌ مِنْ
عَمَلِ الشَّيْطَانِ
Taruhan dengan berbagai macam
variannya, termasuk yanasib (undian) maka sudah diharamkan oleh Islam.
Sebab, perjudian termasuk penyakit buruk yang dapat melemahkan kekuatan
fisik dan pikiran seseorang tanpa keuntungan yang dinilai baik oleh
syari’at. Bahkan menjadikan orang lemah dan malas. Sebab, perjudian
merupakan upaya memperoleh penghasilan tanpa bersusah payah dan
bekerja. Apalagi, juga dapat menimbulkan kedengkian mendalam di antara
manusia, menyulut api permusuhan dan pertikaian yang tidak berujung.
Sehingga perjudian digambarkan oleh Al-Qur’an al-Karim sebagai
perbuatan keji yang termasuk dari perbuatan setan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar