Minggu, 04 November 2012

menurunnya rasa berkesenian terhadap kesenian dalam negeri dikalangan remaja

  1. Latar belakang
Pada zaman sekarang ini kaum muda lebih cenderung menyukai kesenian budaya luar yang seperti nya sudah mengglobalisasi, dan juga faktor masuknya kesenian dari beberapa media contohnya televisi yang membuat kaum muda tertarik untuk mencobanya. Mungkin disebagian besar kaum muda dikota besar belum pernah mempelajari atau mungkin pernah mencoba kesenian tradisonal daripada kaum muda yang tinggal dikota – kota kecil atau didesa sudah dari kecil mempelajari kesenian tradisional daerah masing-masing.
2.    Isi
Sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama televisi, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional.
Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional seperti karawitan, gamelan, dan juga wayang baik itu wayang kulit, wayang orang maupun wayang golek, mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya, kata Sri Handayani, S.Pd, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang
Padahal, bukan tidak mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu sama sekali tak mempunyai nilai positif, kata Sri Handayani menambahkan.
Di masa sekarang ataupun masa yang akan datang tanggungjawab untuk mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur tersebut bukan lagi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat, dalam hal ini mereka para pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman.
Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri.
Menurut Handayani, hal yang berbanding terbalik justru terjadi pada masyarakat dari luar negeri yang begitu antusias untuk mempelajari kesenian tradisional Indonesia. Seperti remaja perwakilan dari berbagai negara dikawasan Asia Pasifik yang mendapatkan beasiswa seni dan budaya Indonesia 2008 dari Departemen Luar Negeri RI. Mereka (penerima beasiswa) dengan antusias belajar menabuh gamelan. Selain itu mereka juga diajari untuk membatik dan seni keramik. Hal yang sama juga terjadi pada Elizabeth Karen, seorang wanita asal Amerika. Berawal dari ketertarikannya akan budaya Jawa, lalu pada tahun 1990 ia melakukan penelitian di IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Sampai saat ini Ia masih nyinden bersama suaminya Muhammad Sholeh Adi Pramono, seorang dalang dan seniman tradisi di Malang.

3.    Kesimpulan
         Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan lagi mutu pendidikan kesenian tradisional yang ditanam kan sejak dini. Dan masyarakat harus aktif dalam menarik kaum muda untuk tertarik mempelajari kesenian tradisional untuk melestarikan seni dan budaya yang merupakan warisan para leluhur  yang telah dipertahankan sejak lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar